Taufik Hidayat: Satu Kali Juara Olimpiade Semua Orang Akan Ingat

Taufik Hidayat
Taufik Hidayat Saat Meraih Medali Emas Olimpiade Tahun 2004 di Athena. (Foto: sidomi.com)
Nasional ‐ Created by AH

Siapa yang tak kenal dengan Taufik Hidayat. Mantan pebulutangkis terbaik dunia yang pernah menjadi andalan Indonesia di setiap turnamen bulutangkis Internasional tersebut, sampai saat ini masih dikenang dan dirindukan aksinya di arena karpet hijau oleh sebagian besar pecinta bulutangkis tanah air, bahkan dunia.

Bagimana tidak, mantan pebulutangkis spesialis tunggal putra kelahiran Bandung, 10 Agustus 1981 itu mempunyai segudang prestasi yang mengagumkan. Puncaknya, pada ajang paling bergengsi Olimpiade Athena 2004, Taufik berhasil mencetak sejarah dengan mampu mempersembahkan medali emas untuk Indonesia. Diakui bapak dari dua orang anak itu, untuk bisa meraih medali emas Olimpiade itu tidaklah mudah. Dan menurutnya, jika seorang atlet sudah bisa menjadi juara Olimpiade, semua orang pasti akan mengingatnya.

Gak gampang untuk menjadi juara di olimpiade, karena untuk ikut olimpiade saja orang  pasti ‘oh ini Olimpian’ tetapi untuk jadi juara pastinya di cita-citakan oleh semua atlet di seluruh dunia. Dan gak gampang untuk mencapai itu, karena banyak hambatan-hambatannya. Pertama saya ikut Olimpiade itu tahun 2000, baru 2004 saya bisa menjadi yang terbaik. 2008 dan 2012 saya pun masih ikut, jadi saya ikut empat tahun. Saya rasa semua pemain ingin menjadi yang terbaik di Olimpiade. Karena kita boleh juara yang lain, tetapi satu kali juara Olipiade semua orang akan ingat,” seperti di kutip dari Badminton Unlimited.

Taufik pun menceritakan pertama kalinya ia terjun ke dunia olahraga yang membesarkan namanya tersebut. Ternyata, ia semasa kecilnya gemar bermain sepak bola ketimbang bulutangkis. Dan sampai akhirnya ia memutuskan untuk berlatih bulutangkis di salah satu klub besar di Kota kembang, Bandung.

Dulu saya main sepak bola waktu kecil, tetapi papa saya ngajak main bulutangkis karena di Indonesia kita bisa mencari kesuksesan hanya di bulutangkis, bukan di sepak bola. Orang tua saya punya teman dan dikenalkan ke pelatihnya yang namanya Iie Sumirat. Waktu umur 9 tahun saya masuk klub SGS. Di Indonesia ada kejuaraan nasional seperti U-11, U-13, dan U-15. Disitu ada seleksi untuk masuk tim nasional, dan saya masuk di usia 15 tahun,” ujar Taufik.

Lika-liku sebelum meraih medali emas Olimpiade 2004 sempat ia hadapi, sampai cerita dirinya harus pindah latihan dulu ke Singapura.

Dulu sempat ada masalah juga dengan tim nasional, karena sebelum 2004 pelatih saya pernah pindah dulu ke Singapura dan saya sempat ikut dulu ke Singapura selama tiga bulan dan saya balik lagi ke Jakarta sekitar satu tahun setengah sebelum Olimpiade, dan pelatih saya tanya ‘Apakah kamu mau juara untuk Olimpiade kali ini atau tidak? Dan mau ikutin program latihan saya?’ dan saya punya mimpi yang sangat tinggi untuk masuk ke Olimpiade saja harus melewati kulaifikasi. Saya mempunyai cita-cita untuk menjadi yang terbaik di Olimpiade sekarang atau tidak pernah sama sekali. Dan dari situ saya berusaha yang terbaik dan bersyukur bisa menjadi yang terbaik kala itu,” beber taufik.

Tak sampai di situ, di tahun berikutnya pada tahun 2015, Taufik kembali mengharumkan nama baik Indonesia lewat gelar juara dunia yang ia raih.

Saya meelihat beberapa senior saya mereka mempunyai semua gelar seperti Sea Games, Asian Games, Olimpiade, dan kejuaraan dunia. Dan setelah Olimpiade 2004 itu ada kejuaraan dunia dan itu merupakan satu-satunya gelar bergengsi yang belum saya rasakan,” jelas Taufik.

Selain meraih Emas Olimpiade 2004 dan emas kejuaraan Dunia 2005, Taufik juga mampu meraih medali emas di Kejuaraan Asia 2004 dan 2007, Asian Games 2002 dan 2006, Sea Games 1999 dan 2007. Serta deretan gelar gelar turnamen superseries milik BWF lainnya.