Olimpiade 2016 Titik Balik Prestasi Olahraga Indonesia

Raja Sapta Oktohari
Raja Sapta Oktohari
Nasional ‐ Created by TIF

JAKARTA - Chief de Mission (CdM) Kontingen Olimpiade Indonesia, Raja Sapta Oktohari menyebut hasil prestasi Indonesia di Olimpiade 2016 Rio de Janeiro, Brasil adalah titik balik prestasi olahraga Indonesia sebelum menjadi tuan rumah Asian Games 2018. Hasil ini sekaligus jadi tolak ukur posisi olahraga Indonesia di antara negara-negara Asia.

Di Brasil, Indonesia akhirnya kembali meraih medali emas yang sempat hilang di London empat tahun lalu. Adalah ganda campuran terbaik Merah Putih, Liliyana Natsir/Tontowi Ahmad yang membuat bendera Merah Putih dikibarkan sembari lagu kebangsaan Indonesia Raya berkumandang. Tontowi/Liliyana membawa pulang medali emas setelah di final mengalahkan wakil Malaysia, Chan Peng Soon/Goh Liu Ying, dengan skor 21-14, 21-12.

Ini adalah kemenangan kita semua. Seperti sejak awal saya sampaikan, Olimpiade Rio merupakan titik balik kita terhadap prestasi olahraga Indonesia sebelum menjadi tuan rumah di Asian Games,” kata Okto.

Disebut Okto, bulutangkis merupakan benchmark cabor yang serius dalam peningkatan prestasi dan kaderisasi atletnya. Bulutangkis memiliki banyak potensi yang membanggakan dan merupakan salah satu olahraga favorit di Indonesia, sehingga sukses ini diharapkan bisa memotivasi cabor lain untuk meningkatkan kinerjanya ke depan.

Namun ke depan, Indonesia tak boleh hanya berharap dari cabang bulutangkis di Olimpiade. Cabang-cabang lain diharapkan bisa menciptakan pahlawan olahraga yang dapat diandalkan di semua multi event internasional.

Sebenarnya, PP PBSI menargetkan dua medali emas bisa diraih dari Rio de Janeiro, Brasil. Nomor ganda diharapkan bisa memenuhi target tersebut.

Sayang, langkah ganda putra Indonesia, Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan gagal di fase penyisian grup. Begitu juga ganda putri Indonesia yang diwakili Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari yang tersingkir di perempat final setelah dikalahkan pasangan China, Tang Yuanting/Yu Yang, 11-21 dan 14-21.

Ganda campuran Indonesia lainnya, Praveen Jordan/Debby Susanto justru harus saling bunuh dengan Tontowi/Liliyana di babak perempat final. Kendati kalah, Indonesia kala itu sudah memastikan satu wakilnya di semifinal.

Begitu juga wakil Indonesia di tunggal putra, Tommy Sugiarto dan Lindaweni Fanetri di tunggal putri. Keduanya tak mampu lolos dari babak penyisihan grup.

Kendati satu emas yang dibawa pulang, hasil ini jauh lebih baik dari yang diperoleh di Olimpiade 2012 London. Tak ada satu wakil Indonesia pun dari cabang bulutangkis yang membawa pulang medali, baik itu emas, perak maupun perunggu.