Maria Kristin Dulu dan Kini

Sirkuit Nasional ‐ Created by

Nama Maria Kristin Yulianti tentu sudah akrab dengan pecinta bulutangkis tanah air. Atlet yang lahir di Tuban, 2 Juni 1985 ini kini hadir di Medan.

Tapi ia kini sudah tak lagi memakai seragam dengan namanya tertera di punggung, kini ia ke lapangan untuk duduk di pinggir lapang. Menjadi offisial pertandingan saat mendampingi anak didiknya.

"Sekarang saya sudah menjadi asisten pelatih di PB Djarum sejak Oktober 2012," tuturnya.

Laga Maria sebagai atlet terakhir terjadi di Djarum Sirkuit Nasional (Djarum Sirnas) Surabaya tahun 2012 lalu, kala itu Maria bermain dan akhirnya harus kalah dari Ganis Nur Rahmadhani. Usai berlaga, lutut Maria terlihat bengkak. "Saya cedera lutut sejak tahun 2004," ceritanya.

Cedera yang tak kunjung pulih total ini membuatnya harus gantung raket di usia yang masih bidibilang produktif untuk bermain bulutangkis. Kini Maria pun punya rutinitas baru, mendampingi anak didiknya untuk berlatih dan bertanding. "Ya kalau ditanyanya capek mana antara atlet dan jadi pelatih, pasti jadi pelatih lebih capek, harus mendampingi atlet yang ngga cuma satu, kalau waktu jadi atlet kan capeknya hanya main aja," lanjutnya.

Maria pun bercerita mengenai suka dan dukanya sebagai pelatih. "Kalau waktu jadi pemain kan ya pengen menang, sekarang ya pengen anak didik yang menang. Dukanya ya kalau ketemu anak yang bandel, susah dibilangin, itu rasanya gemes. Tapi kan memang sifat atlet beda-beda, itu yang masih terus saya pelajari, sekarang juga saya masih terus belajar banyak tentang bagaimana jadi pelatih, sekarang statusnya kan masih asisten, cuma bantuin belum bikin program sendiri," tuturnya.

Prestasi terbaik anak didik Maria adalah semifinal Tangkas Specs Open 2013. Anak didiknya yang notabene masih remaja, Desandha Vegarani Putri kandas di semifinal.