(Djarum Sirnas Premier Jatim Open) Orang Pertama

Sri Fatmawati (Jaya Raya Jakarta) menjadi tunggal putri pertama yang mengalahkan Hanna di Djarum Sirkuit Nasional 2018.
Sri Fatmawati (Jaya Raya Jakarta) menjadi tunggal putri pertama yang mengalahkan Hanna di Djarum Sirkuit Nasional 2018.
Sirkuit Nasional ‐ Created by Bimo Tegar

Surabaya | Sri Fatmawati menjadi orang pertama yang berhasil menjegal laju kemenangan dan lima gelar juara beruntun milik pebulutangkis tunggal dewasa putri asal PB Mutiara Cardinal Bandung, Hanna Ramadini. Sri yang merupakan anak didik PB Jaya Raya Jakarta, mampu menjadi kuda hitam serta batu sandungan bagi Hanna yang tengah berburu gelar juara keenamnya secara beruntun di tahun ini.

Dalam pertemuan yang terjadi di partai final tunggal dewasa putri Djarum Sirkuit Nasional Premier Jawa Timur Open 2018, kejayaan Hanna sebagai ‘Ratu Sirnas’ seolah dibuat tak berdaya lewat pertarungan yang berlangsung selama 75 menit itu. “Alhamdulillah, rasa penasaran hilang setelah bisa mengalahkan kak Hanna,” kata Sri Fatmawati kepada Djarumbadminton.com.

Dari delapan seri yang digelar Djarum Sirkuit Nasional 2018 ini, Hanna berhasil mengemas lima gelar juara diantaranya secara beruntun dari seri ketiga yang berlangsung di kota kelahirannya, Tasikmalaya, Juli lalu hingga seri ketujuh yang digelar di Bali, awal November kemarin. Sepertinya Dewi Fortuna sedang tidak berada dipihaknya. Alhasil, sang ‘Ratu Sirnas’ pun harus rela keluar sebagai runner up.

Sri bisa dibilang sebagai salah satu kejutan terbaik yang ada di kejuaraan Djarum Sirkuit Nasional Premier Jawa Timur Open 2018. Bagaimana tidak, selain berhasil memutuskan rangkaian kemenangan dan gelar juara yang dipegang Hanna, Sri juga berhasil menjadi juara di nomor tunggal dewasa putri.

Bukan cuma itu saja. Sri bahkan berhasil melalui perjuangan berat sedari babak awal. Sebelum akhirnya mencicipi podium tertinggi, Sri yang notabene tidak diunggulkan harus berhadapan dengan para unggulan seperti Gabriela Meilani Moningka (3), Bening Sri Rahayu (7) dan Asty Dwi Widyaningrum (2).

“Nggak nyangka sama sekali bisa juara. Dari awal aku bukan unggulan, tapi dari babak pertama sampai final ini, aku selalu melawan pemain-pemain unggulan. Jadi nggak nyangka aja bisa dapat hasil seperti ini,” ungkap pebulutangkis kelahiran Probolinggo, 7 Juni 1999 ini.