Praveen/Melati Sudah Banyak Progres

Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti (Indonesia) bersiap menyambut pengembalian.
Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti (Indonesia) bersiap menyambut pengembalian. (Foto: PbSI)
Nasional ‐ Created by Bimo Tegar

Jakarta | Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI, Susy Susanti menilai jika pasangan ganda campuran Indonesia, Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti sudah mulai memperlihatkan banyak progres meski pada akhirnya belum berhasil mengamankan gelar juara di ajang Australian Open 2019 BWF World Tour Super 300, pekan lalu. Praveen/Melati harus puas finis sebagai runner up setelah kalah 15-21 dan 8-21 dari pasangan Tiongkok, Wang Yilyu/Huang Dongping.

Australian Open 2019 BWF World Tour Super 300 menjadi partai final ketiga bagi Praveen/Melati pada tahun ini, setelah sebelumnya juga menjadi runner up di ajang India Open 2019 BWF World Tour Super 500 dan New Zealand Open 2019 BWF World Tour Super 300.

“Sebetulnya sayang, berapa kali belum bisa memanfaatkan kesempatan dengan baik. Di perempat final dan semifinal, mereka tampil luar biasa, betul-betul luar biasa mainnya. Praveen/Melati ini sebetulnya salah satu pasangan yang ditakuti sama lawannya, tapi balik lagi ke kematangan mereka,” ujar Susy Susanti.

Dalam perjalanan menuju partai puncak di Australian Open 2019 BWF World Tour Super 300, Praveen/Melati telah berhasil mengalahkan pasangan Malaysia peraih medali perak Olimpiade Rio de Janeiro 2016 lalu, Chan Peng Soon/Goh Liu Ying dan mengandaskan unggulan ketiga yang juga merupakan juara All England 2018, Yuta Watanabe/Arisa Higashino dari Jepang.

“Saya melihat mereka sudah mulai stabil, nggak kalah di babak-babak awal. Minimal babak perempat final, semifinal ke final. Kalau sebelumnya bisa kalah sama lawan yang tidak diunggulkan di babak awal, sekarang sudah bisa menunjukkan kelasnya. Praveen/Melati harus mempertahankan peringkatnya di delapan besar dunia, mereka harus tahu standard mereka di mana,” kata Susy.

“Praveen itu punya potensi, tinggal kemauan dia, dia harus lebih siap lagi. Kestabilannya masih naik turun, padahal ini waktunya Praveen. Melati cenderung lebih baru di level elit, dibanding Praveen. Jadi tugas Praveen untuk membimbing Melati untuk bisa menarik Melati ke atas supaya bisa jadi pasangan yang solid. Melati memang butuh kerja keras,” sambungnya menambahkan.

Sementara itu, hasil kurang maksimal di final Australian Open 2019 BWF World Tour Super 300 ini merupakan kekalahan kelima beruntun yang dialami Praveen/Melati atas pasangan ganda campuran peringkat dua dunia itu. Praveen/Melati tercatat belum pernah menang dari Wang/Huang.

Permainan cepat dan kematangan strategi yang diterapkan Wang/Huang memang sangat membuat Praveen/Melati kewalahan. Mereka tidak bisa keluar dari tekanan demi tekanan dan sulit mengembangkan permainan.

“Praveen/Melati juga harus lebih cerdik menganalisa lawan, misalnya Wang/Huang, sudah lima kali kalah. Benar-benar harus dipelajari kekalahan sebelumnya, misalnya banyak error, ya perlu ditingkatkan fokusnya, diperkuat defense-nya. Program latihan dari pelatih mungkin bisa ditambahkan, bagaimana placing-nya Praveen bisa lebih halus, lalu jangan nafsu, nggak apa-apa main reli dulu, adu dulu, begitu ada kesempatan, baru serang. Jadi ini, antisipasi dan pancingan serangan ini yang mungkin bisa diterapkan sebagai variasi bagi Praveen/Melati,” pungkasnya.