Anthony dan Melati Pelajari Permainan Lawan Lewat Video

Anthony Sinisuka Ginting (Indonesia) bersiap menyambut pengembalian.
Anthony Sinisuka Ginting (Indonesia) bersiap menyambut pengembalian.
Nasional ‐ Created by Bimo Tegar

Jakarta | Jelang Olimpiade Tokyo 2020, peta kekuatan di setiap sektor nyaris sulit untuk diprediksi. Pasalnya, sebelum ke Olimpiade, banyak turnamen yang terpaksa harus batal akibat wabah virus korona. Imbasnya, masing-masing tim yang akan bertanding tidak bisa mengukur sejauh mana perkembangan diri sendiri dan juga lawan. Tapi, tim bulutangkis Indonesia terus berusaha mencari cara lain agar tetap bisa mendapat gambaran soal peta kekuatan calon lawan-lawannya di Olimpiade nanti.

Pebulutangkis tunggal putra Indonesia, Anthony Sinisuka Ginting mengatakan bahwa menonton video pertandingan lawan menjadi salah satu solusi untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan lawan. Selain itu, Anthony juga sering berkonsultasi dengan tim pelatih dan rekan-rekannya di Pelatnas PBSI.

“Pasti ada diskusi dengan temen-temen yang lain, sama Vito (Shesar Hiren Rhustavito) dan Jonatan (Christie) untuk mengetahui peta kekuatan lawan. Selain itu, tentu ada diskusi juga dengan pelatih dan nonton video lawan di youtube. Terus lebih diingat-ingat saja sih, terakhir ketemu si A, lebihnya di mana dan kurangnya di mana. Paling itu saja menyiasatinya,” ungkap Anthony Sinisuka Ginting.

Hal senada juga diungkapkan pemain ganda campuran Indonesia, Melati Daeva Oktavianti. Menurut dia, selain diskusi dengan pelatih, menonton video pertandingan lawan menjadi cukup penting dalam persiapannya mengantisipasi kekuatan dan kelemahan musuh.

“Kalau aku sendiri lebih banyak ngobrol sama pelatih ya, sama om K (Nova Widianto) atau kak Icat (Richard Mainaky). Terus aku juga banyak liat video pertandingan yang sebelum-sebelumnya. Apalagi Tiongkok kan gak ikut pertandingan sudah lama, jadi kami nggak tahu kekuatannya sudah sampai mana. Jadi antisipasinya dari situ,” tutur Melati.

“Persiapannya Alhamdulillah sudah baik dan oke juga. Kami kan masih punya sisa waktu sepuluh hari untuk persiapan di Kumamoto, jadi nanti yang kecil-kecilnya harus dibenahi lagi, seperti lebih menyiapkan mental dan lain-lainnya. Apalagi ini kan pertama kali aku ikut Olimpiade, jadi ya memang harus disiapkan semuanya,” sambungnya menambahkan.

Sementara itu, ketika harus bertanding di tengah kondisi pandemi virus korona, Anthony turut menyikapi hal tersebut dengan bijak. Menurut dia, menjaga protokol kesehatan dengan sangat ketat, wajib dilakukan dan dipatuhi setiap selama berada di Jepang.

“Kalau menurut saya, cara menyikapi pertandingan di dalam pandemi sih yang pasti jaga protokol kesehatan. Tapi yang paling penting adalah berserah (kepada tuhan), virus atau musuh kita ini kan gak kelihatan, jadi kuasa doa sangat penting di masa-masa seperti ini. Terus bersyukur juga, waktu di Thailand (Seri Asia) kemarin sudah sempat merasakan suasana pertandingan di tengah pandemi. Jadi mungkin secara teknis, di Olimpiade nanti nggak akan jauh berbeda dengan turnamen sebelumnya,” kata Anthony.

“Persiapan dan segala macam sih sudah oke ya, karena kan sudah cukup lama juga (persiapan). Apalagi sudah lama juga gak main. Mungkin setelah All England ya, walaupun nggak main, tapi setelah itu persiapan kami ke Olimpiade ini sudah berjalan cukup lama. Jadi so far sudah cukup siap, tinggal nanti di pertandingannya, terus jaga fokusnya juga,” tutupnya.