Selain merebut medali emas di ajang Olimpiade empat tahun lalu, Matsutomo/Takahashi juga pernah menjadi pasangan nomor satu dunia berkat sejumlah gelar juaranya. Bahkan, mereka disebut-sebut sebagai pelopor kebangkitan ganda putri Jepang setelah hampir 30 tahun ‘mati suri’. Saat memutuskan untuk pensiun, Takahashi masih bertengger di ranking tujuh dunia bersama Matsutomo.
Keputusan Takahashi untuk gantung raket pun dihormati semua pihak, tak terkecuali juniornya, Mayu Matsumoto/Wakana Nagahara. “Alasan terbesar kami bermain pada nomor ganda putri adalah Matsutomo/Takahashi. Mereka adalah teladan kami,” kata Wakana Nagahara dalam wawancara dengan Olympic Channel dilansir Jawapos.com.
“Kami menonton mereka saat memenangi medali emas Olimpiade Rio 2016. Prestasi Matsutomo/Takahashi adalah standar yang harus kami penuhi,” sambungnya menambahkan.
Ganda putri ranking tiga dunia itu berambisi untuk melanjutkan tongkat estafet Matsutomo/Takahashi di panggung Olimpiade. “Setelah mereka juara di Olimpiade, kami berdua merasa kesempatan kami juara di Olimpiade akan lebih besar kalau bisa mengalahkan mereka,” ucap Mayu Matsumoto.
Sementara itu, sebelum memutuskan untuk pensiun, All England 2020 BWF World Tour Super 1000, Maret lalu menjadi penampilan terakhir Takahashi bersama Matsutomo di karpet hijau. Sayangnya mereka kandas di semifinal setelah kalah dari kompatriotnya, Yuki Fukushima/Sayaka Hirota. Padahal, di babak delapan besar, Matsutomo/Takahashi berhasil menumbangkan pasangan nomor satu dunia asal Tiongkok, Chen Qing Chen/Jia Yi Fan.
“Saya tidak menyesal tentang keputusan ini. Di perempat final All England, kami bertemu ganda putri nomor satu dunia. Saya pikir itu bisa menjadi pertandingan terakhir bagi saya. Sebab, saya tidak yakin pada saat itu apakah kualifikasi Olimpiade akan terus berlanjut. Itu sebabnya saya ingin bermain melawan ganda putri terbaik dunia, dan kami berhasil mengalahkan mereka. Saya bangga atas prestasi saya dan puas dengan hasil yang baik,” ungkap Ayaka Takahashi.
Takahashi kemudian menjelaskan alasannya pensiun dari dunia bulutangkis. Menurut pebulutangkis 30 tahun itu, dia sudah tidak bisa lagi menjaga fisik dalam level tertinggi untuk Olimpiade Tokyo 2020 yang akan berlangsung tahun depan.
“Setelah pengumuman penundaan Olimpiade Tokyo 2020, saya tak bisa menahan motivasi untuk melewati tahun yang sulit. Saya berpikir untuk terus bermain sampai akhir periode kualifikasi Olimpiade. Tapi saya akhirnya mengikuti kata hati dan memutuskan mengakhiri karir bulutangkis saya,” tutupnya.