"Semua di Olympic, siapa pun bisa juara. Saya hanya membawa Olympic saya yang kemarin itu... Jadi sekarang sudah beda lagi. Jadi motivasi saya, kalau bisa dua kali, kenapa nggak? Buat diriku itu seru banget! Ini tantangan, challenge yang luar biasa," kata Apri melalui siniar BWF TV di YouTube berjudul "Road To Paris 2024 Feature | Apriyani Rahayu", Jumat (29/3).
Dalam tayangan di situs berbagi video tersebut, Apri juga mengemukakan hubungan erat dengan Greysia menjadi batu sendi untuk menjadi srikandi bulu tangkis tangguh yang berhasil di kancah tertinggi. Meski diakui Apri, Greysia adalah sosok yang keras dalam membinanya untuk mencapai puncak prestasi seorang atlet. "Tapi ternyata, memang itu rasa bentuk cintanya Kak Greys sama saya. Itu coba saya salurkan ke Fadia, karena tidak semua orang bisa dapat itu," jelasnya.
"Sampai sekarang aku coba terus mempertahankan itu, sampai detik ini. Dalam banget hubungannya, karena nggak gampang untuk membuat satu sama lain itu untuk saling percaya," Apri, menambahkan.
Debut pasangan Apri/Fadia terbilang manis. Mereka meraih medali emas SEA Games Hanoi 2021. Keduanya adalah runner-up Kejuaraan Dunia 2023 dan juara Hong Kong Open 2023. Namun, tak sedikit pula jumlah kegagalan yang harus mereka hadapi. Sejak musim kompetisi 2024 bergulir, pencapaian terbaik Aprii/Fadia adalah semifinal Swiss Open. Mereka kandas di babak-babak awal pada tiga turnamen lainnya.
Selain kekalahan, pemain berusia 25 tahun ini juga harus berurusan dengan masalah cedera betis kanan, yang memaksanya mundur dari sejumlah pertandingan, seperti kala mereka berlaga pada Asian Games 2023 atau Hylo Open 2023. "Semua yang dijalani ada ups and downs-nya juga. Dari diri saya sendiri, saya belajar lagi untuk berkomunikasi dengan Fadia. Mungkin orang-orang di luar sana tidak terlalu paham. Jadi ini challenge buat aku juga. Dan di sini aku anggap sebagai level pendewasaan aku juga, dan sekiranya bisa membawa Fadia lebih baik lagi," Apri, memaparkan.
"Fadia aku melihat anaknya sangat bersungguh-sungguh. Memang dia tidak seperti aku yang ekspresif. Kalau dia ini nggak, dia hanya bisa membuktikan. Dan Alhamdulillah saya lihat Fadia ini mau," tambah pemain asal klub PB Jaya Raya ini.
Apri mengakui, keduanya dan pelatih yang mendampingi mereka, Eng Hian, terus berupaya mencari berbagai cara untuk dapat keluar dari sejumlah permasalahan penyebab kekalahan. Kedua pemain sepikiran, komunikasi terbuka di dalam dan di luar lapangan adalah solusi yang jitu. "Kami mencoba untuk mencari cara apa pun, apa yang salah. Ternyata bukan cara bermain kami, tapi cara komunikasi dan trust kami," ungkapnya.
"Mungkin cara saya berbeda, cara Fadia berbeda, tapi tujuannya sama. Dan itu yang kami kembangkan sampai sekarang. Dan ternyata, itu poinnya dari semua yang kita hadapi. Dan Alhamdulillah kita bisa keluar (sebagai runner-up) di World Championship dan bisa juara juga di Hong Kong Open. Itu hal yang sangat luar biasa buat kami berdua, karena tidak gampang bisa di tahap itu," jelas atlet yang lahir di Lawulo, Konawe, Sulawesi Tenggara ini.
Kini, ajang besar Olimpiade Paris 2024 yang berlangsung pada 26 Juli-11 Agustus sudah di depan mata. Apri, yang kini berperan sebagai senior, harus kembali melakukan kerja keras demi nama harum Indonesia dan kebanggaan rakyat Indonesia. "Buat diriku, Olympic sangat berarti karena ini sudah berada di atas dari semua turnamen yang ada untuk kita sebagai atlet," demikian Apri.