"Saya harus terus belajar. Saya pemain nomor satu dunia, tetapi performa saya belum menjadi nomor satu," kata Kunlavut, dikutip dari laman Federasi Bulu Tangkis Dunia, Selasa (10/6).
"Saya telah mencoba di setiap pukulan. Jika tidak berhasil, saya harus berubah," tambahnya.
Peraih medali perak Olimpiade Paris 2024 itu melalui dua babak awal Indonesia Open 2025 dengan kemenangan straight games atas Wang Tzu Wei dan Chia Hao Lee --keduanya pebulu tangkis Taiwan--. Di perempat final, ia juga meraih kemenangan dua gim langsung atas Alex Lanier asal Prancis. Namun, ia gagal menghentikan laju Chou di babak empat besar.
Satu pekan sebelum Indonesia Open 2025, Kunlavut mencatatkan rekor baru. Ia meraih gelar juaranya yang keempat pada musim kompetisi tahun ini, seusai mengalahkan pemain asal China, Lu Guang Zu, di final Singapore Open 2025, Minggu (1/6). Sehari sebelumnya, ia mengalahkan Lin Chun-Yi asal Taiwan di babak empat besar dengan skor 21-15, 25-23. Kemenangan tersebut mengantarkannya ke puncak peringkat dunia Kunlavut adalah pemain tunggal putra Thailand pertama yang menempati peringkat teratas dunia.
Namun, bagi Kunlavut, yang terpenting bukanlah hanya penghargaan. Sikapnya yang tenang, bahkan saat menang, menunjukkan pola pikir yang lebih dalam. "Melihat semua pemain yang pernah ada di sana, saya bangga pada diri saya sendiri,” tanggapnya tentang peringkat teratas dunia di nomor tunggal putra.
"Namun, tentu saja, saya ingin terus meningkatkan diri," Kunlavut, menambahkan.
Bahkan, bagi Kunlavut, peringkat teratas dunia bukanlah tekanan atau beban semata, melainkan "bahan bakar". "Menjadi pemain nomor satu pasti ada tekanan, tetapi itu bagus karena memberi saya motivasi tambahan untuk memenangkan turnamen yang saya ikuti," jelasnya.
Motivasi tersebut yang membuatnya nyaman saat bertanding di Tur Dunia BWF yang singgah di berbagai negara. "Saat ini, saat saya mengikuti turnamen mana pun, saya merasa setiap tempat adalah rumah saya. Itu sebabnya saya merasa dapat bermain lebih baik," pungkasnya.


