"Belum ada, belum tahu. Masih dicari kandidatnya. Omongan terakhir, sih, (dipasangkan dengan pemain) pratama. Karena memang yang utama, kan, sudah punya pasangan masing-masing, mereka juga sudah punya ranking dan ranking-nya cukup cukup baik juga," tutur Dejan kepada sejumlah wartawan, termasuk Djarum Badminton, saat ditemui pada pekan ini di Cipayung, Jakarta.
Pemuda asal Garut, Jawa Barat ini, juga belum mendapatkan informasi dari pelatih maupun Kepala Bidang Pembinaan Prestasi PP PBSI Eng Hian setelah berpisah dengan Fadia. Selain itu, saat ini para pemain pratama tengah mengikuti Sirkuit Nasional A Jawa Tengah di Solo. Menurutnya, hanya tinggal menunggu waktu untuk memastikan pasangan barunya tersebut. "Jadi mungkin dari Pak Binpres ke pelatih, lalu komunikasi saya atau mungkin bisa langsung ke saya," ungkapnya.
"Omongan-omongannya sudah ada sedikit, tetapi belum ketok palu," Dejan, menambahkan.
Pada kesempatan tersebut, Dejan mengemukakan pendapatnya jika mendapatkan pemain pratama sebagai partner barunya. Ia lantas mengambil contoh pemain ganda asal Jepang, Yuta Watanabe, yang membutuhkan waktu untuk berselaras dengan pasangannya yang baru, setelah tidak lagi bermain dengan Arisa Higashino. "Nggak gampang mulai-mulai dari awal itu. Tapi saya pribadi, nggak masalah kalau memang harus mulai dari awal lagi, mungkin butuh waktu karena nggak bisa langsung punya hasil," jelasnya.
Lain hal jika mendapatkan pasangan dari skuad utama pelatnas, yang menurutnya lebih cepat dalam penyesuaian satu sama lain. Lagi, ia mencontoh pengalamannya bersama Fadia selama enam bulan terakhir. "Dengan keterbatasan latihan, kadang Fadia di mixed (ganda campuran) kadang di sini (ganda putri), tapi setidaknya kita juga bisa bersaing. Kalau pun kalah, kalah dari pasangan unggulan," katanya.
"Jadi nggak terlalu banyak 'PR'-nya, gitu. Karena dia pernah ada di level atas, walaupun nggak main mixed, sementara saya juga ada pengalaman itu. Jadi tinggal di komunikasi saja, sementara kalau sama yang junior butuh proses," demikian Dejan.


