Pujian dan Rintangan bagi Raymond/Joaquin

Raymond Indra/Nikolaus Joaquin (Humas PP PBSI)
Raymond Indra/Nikolaus Joaquin (Humas PP PBSI)
Internasional ‐ Created by EL

Jakarta | Raymond Indra/Nikolaus Joaquin menciptakan kejutan ketika mengalahkan Fajar Alfian/Muhammad Shohibul Fikri untuk merebut gelar juara Australian Open 2025. Penampilan gemilang pasangan muda "Merah Putih" ini dalam debut mereka pada turnamen BWF World Tour Super 500 tersebut, membuat banyak penggemar dan pengamat menjuluki mereka sebagai "Minions" --julukan bagi Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon-- generasi berikutnya.

"Mereka jelas mendapat banyak sorotan media dan banyak orang membandingkan mereka dengan 'Minions'. Jika saya jadi mereka, saya akan merasa terhormat karena mereka adalah pasangan yang mendominasi bulu tangkis dunia," ujar mantan pebulu tangkis ganda asal Inggris, Chris Langridge, dalam tayangan BWF TV berjudul "Badminton Weekly Ep. 137 | Title defence, rising stars and Chen Long's coaching experience" yang disiarkan melalui situs berbagi video YouTube pada pertengahan pekan ini.

Namun, yang paling mengesankan bagi Langridge adalah perkembangan pesat Raymond/Nikolaus dalam 12 bulan terakhir. Mereka menunjukkan peningkatan konsisten sejak tampil di sejumlah turnamen level International Challenge di Asia, kemudian beralih ke Eropa dan sukses menjuarai turnamen level International Series serta International Challenge di sana. Setelah itu, mereka mulai menembus dan bersaing di turnamen-turnamen berlevel lebih tinggi.

"Sudah jelas, gelar Australian Open adalah impian mereka, apalagi performa mereka terus membaik di setiap putaran dan gaya bermainnya sangat berani. Mereka memiliki karisma, karakter yang kuat, murah senyum, dan penuh percaya diri. Jadi, wajar jika banyak yang membicarakan kemiripan mereka dengan 'Minions',” papar Langridge.

Secara umum Langridge menilai, ada beberapa kesamaan antara Raymond/Joaquin dan "Minions" dalam gaya bermain. Namun, ia menilai tidak ada pasangan yang setara dengan Kevin/Marcus, terlebih Kevin yang menurutnya adalah pemain yang sangat unik. "Banyak hal di lapangan yang sulit dilakukan, tetapi Kevin mampu mengeksekusinya, bahkan seolah melampaui hukum fisika. Hal serupa berlaku bagi Marcus, yang selalu tampil luar biasa dalam perannya. Ia sangat solid, konsisten, pekerja keras, dan menjadi penopang penting bagi Kevin," jelasnya.

Menurutnya, perbedaan utama antara Raymond/Joaquin dan Kevin/Marcus terletak pada pola rotasi. Ia menjelaskan, Kevin/Marcus lebih sering mempertahankan peran yang tetap tanpa banyak perpindahan posisi, sementara Raymond/Joaquin justru bermain dengan rotasi cepat dan saling mengisi ruang. Setiap kali muncul peluang untuk menutup celah atau mengejar bola, pasangan muda itu langsung mengambil inisiatif tanpa ragu. "Salah satu pemain akan melakukan cover. Salah satu pemain akan bergerak dan pemain lainnya melakukan cover dengan sangat baik. Cara mereka bergerak di sekitar satu sama lain, terkadang hampir sempurna," jelasnya.

Langridge menambahkan, permainan Raymond/Joaquin tidak monoton. Keduanya memiliki kreativitas yang baik, tampil terorganisir, dan menerapkan pola yang terstruktur. Pada momen tertentu, mereka juga mampu mengubah tempo dalam reli serta menerapkan taktik untuk tidak memberikan kok tinggi kepada lawan. "Siapa pun yang ada di net, mereka sangat aktif. Tidak ada keraguan dan mereka menjaga dengan ketat," katanya.

Pencapaian gemilang Raymond/Joaquin, yang kini menempati peringkat 24 dunia, tentu mendapat banyak pujian dari para penggemar Indonesia. Namun, di sisi lain, Langridge menilai lawan-lawan mereka mulai memiliki gambaran yang lebih jelas mengenai gaya permainan pasangan muda tersebut. Ia pun berharap Raymond/Joaquin dapat menjaga konsistensi performa mereka pada musim kompetisi 2026. "Yang terpenting adalah performa mereka dalam enam bulan ke depan. Mereka berpeluang masuk 16 besar dunia, tetapi tak sedikit rintangan dalam perjalanan mereka. Pertanyaannya, seberapa besar rintangan tersebut?" pungkasnya.