"Yang mesti diwaspadai itu adalah atmosfer pertandingan Olimpiade itu yang berbeda dari pertandingan turnamen-turnamen lainnya. Dari segi warna, desain, ada tulisan Olympic dan lingkaran-lingkarannya itu yang membuat itu berbeda dengan turnamen lainnya," jelas Fajar dalam jumpa pers "Menuju Olimpiade Paris 2024" di pelatnas PP PBSI, Cipayung, Jakarta, Rabu (26/6).
"Jadi mentalnya kita harus siap dengan Olimpiade ini. Suasana dan feel Olimpiade itu susah ditemukan. kalau turnamen 'open' itu, kan, setiap minggu ada, tapi Olimpiade ini semua tertuju ke sini. Kita harus bisa lebih cepat adaptasi dengan feel di lapangan, harus bisa menguasai lebih cepat," Fajar, menjelaskan.
Atmosfer Paris 2024 bahkan sudah dirasakan atlet asal klub SGS-PLN Bandung ini sejak satu tahun yang lalu, kala para pemain berlomba meraih poin dalam "Race to Olympic". Lalu, ketika tiket Paris 2024 sudah di tangan, banyak hal lain yang harus dipersiapkan selain berlatih keras saban harinya.
Di sisi lain, inilah kesempatan perdana bagi Fajar untuk berlaga di Olimpiade, Pada Tokyo 2020, ia dan Rian bertolak ke negeri sakura bersama tim sebagai pemain sparring. Oleh karenanya, Fajar tak mau menyia-nyiakan kesempatan berharga ini untuk meraih prestasi terbaik pada Olimpiade. "Umur juga udah nggak muda," ujarnya, seraya tertawa.
Oleh karenanya, selain fisik, Fajar juga menekankan pentingnya menjaga mental sebelum bertanding. Belajar dari pengalaman pada All England 2023 dan 2024, Fajar/Rian menolak tenggalam ditelan ekspektasi juara. "Penyesuaian dengan pertandingan besar itu setiap orang berbeda-beda. Ada yang harus dikerasin, kalau saya pribadi lebih ke berpikir sendiri. Kalau ada masukan orang lain jangan terlalu banyak. Kalau banyak masukan, saya jadi pusing," paparnya.
"Seperti All England lalu, saya tidak berekspektasi juara seperti sebelumnya. Tapi saya rileks dan menahan nafsu harus juara, nggak seperti itu. Kita mau juara, tapi jangan over. Lebih rileks dan enjoy," demikian Fajar.