Dalam sebuah tayangan yang disiarkan daring melalui siniar The Average Not Average Podcast, Axelsen menyebut tiga nama yang memiliki kans untuk meraih keping emas Kejuaraan Dunia 2025. Mereka adalah Shi Yu Qi asal China, Kunlavut Vitidsarn (Thailand), serta Anders Antonsen (Denmark). "Shi Yu Qi adalah salah satu yang difavoritkan untuk meraih gelar juara. selain itu, juga Kunlavut atau Anders. Performanya sangat baik di (turnamen level) Super 1000," kata Axelsen.
"Saya tetap menjagokan Shi Yu Qi, tetapi Anders dan Kunlavut (juga berpeluang). Kunlavut, di pertandingan (perempat final Olimpiade Paris 2024) ini, Shi Yu Qi terlihat sangat kesulitan," jelasnya.
Shi, dengan tiga gelar juara turnamen level BWF World Tour Super 1000 pada musim kompetisi tahun ini, menjadikannya sebagai kandidat kuat untuk meraih medali emas Kejuaraan Dunia perdananya. Namun, Lakshya Sen (India), yang menempati posisi keempat pada Paris 2024, menjadi ujian berat bagi Shi di babak pertama. Kunlavut, sang juara bertahan, bertemu Uriel Francisco Canjura Artiga (El Salvador), adapun Antonsen berhadapan dengan Jonathan Matias (Brasil)
Pertandingan menarik lainnya di babak awal adalah pertemuan antara wakil tuan rumah Toma Junior Popov melawan mantan pemain peringkat ke-2 dunia Anthony Sinisuka Ginting (Indonesia). Kedua pemain bertemu setahun lalu di fase grup Paris 2024 yang dimenangkan oleh Popov melalui tiga gim 21-19, 17-21, 21-15 dalam tempo 86 menit.
Sementara, saat pemandu tayangan bincang-bincang di situs berbagi video YouTube tersebut menyinggung nama Lee Zii Jia, Axelsen menilai, sulit untuk menerka sejauh mana pebulu tangkis tunggal putra Malaysia tersebut melangkah. "Dia pasti bangkit. Tapi ini kejuaraan yang ketat untuk kebangkitannya. Saya tidak tahu kondisi terakhirnya, jadi agak sulit diperkirakan," tanggapnya.
"Namun, dia bukan lawan yang ingin dihadapi di babak-babak awal. Zii jia sulit untuk dikalahkan, lawan kerap kesulitan menemukan ritme yang pas. Selain itu, lawan juga wajib beradaptasi dengan cepat," Axelsen, memaparkan.
Axelsen mengumumkan pengunduran dirinya dari ajang yang diselenggarakan pada 25-31 Agustus di Paris, Prancis tersebut, melalui media sosialnya. "After careful consultation with my medical team, I’ve been advised to dedicate more time to my rehabilitation. As a result, I unfortunately won’t be able to get tournament-ready in time to compete safely at the upcoming World Championships," tulis pemain berusia 30 tahun itu melalui jejaring X pada awal Agustus lalu.
Meski absen dari kejuaraan bergengsi tersebut, Axelsen merasa tidak patah semangat. Sebaliknya, ia justru termotivasi untuk melanjutkan rehabilitasi dan menentukan target baru untuk dapat kembali lebih bugar.


