"Rasanya bangga akhirnya bisa juara (turnamen bulu tangkis level) BWF Super 100. Lawan akan bermain satu-satu karena kami sudah sering ketemu dan sudah hafal pola permainan masing-masing," kata Isyana kepada tim Humas dan Media PP PBSI.
"Antisipasinya saya dan Jani bermain lebih rapih, tidak gampang mati sendiri dan tidak bermain lambat," tambahnya.
Sementara, Rinjani mengakui, di gim kedua, khususnya di pengujung gim, mereka kurang tenang dan cenderung terburu-buru sehingga Ong/Carmen mampu menciptakan setting. "Itu membuat kami agak panik," tuturnya.
Isyana/Rinjani, pasangan unggulan ketiga pada turnamen ini, mengawali dua babak pertama dengan kemenangan atas dua pasangan asal Taiwan, yaitu Chih-Yun Cheng/Yi Tsen Hsieh dan Chou Yun An/Sung Yi-Hsuan. Mereka kemudian mendapatkan perlawanan ketat dari pasangan senegara, Siti Sarah Azzahra/Az Zahra Ditya Ramadhani, di perempat final, yang berakhir dengan skor 17-21, 22-20, 22-20.
Di semifinal, Isyana/Rinjani menyingkirkan unggulan teratas asal Turki, Bengisu Erçetin/Nazlıcan İnci, melalui tiga gim 21-18 14-21, 24-22.
Dalam catatan head-to-head pada laman BWF, sebelum laga final ini, Isyana/Rinjani unggul 3-2 atas pasangan negeri jiran tersebut. Gelar juara di Guwahati, menurut Rinjani, merupakan salah satu syarat bagi mereka untuk naik ke sektor ganda putri utama pelatnas. Oleh karenanya, pencapaian tersebut mereka jadikan sebagai motivasi tambahan untuk terus meningkatkan performa. "Yang perlu kami tingkatkan lagi ialah kesalahan sendiri harus lebih banyak dikurangi lagi dan harus fokus poin demi poin saat bermain," pungkasnya


