Di BCA Indonesia Open Superseries Premier (BIOSSP) 2016, Anthony kalah dua set langsung dari petenis unggulan kelima itu, 22-20, 25-23 di Istora Senayan, Jakarta, Rabu (1/6). Ini jadi pertemuan kedua setelah sebelumnya jumpa di final Thomas Cup 2016 di Kunshan, Tiongkok.
"Saya sudah mempelajari permainannya, kelebihan dia dari Piala Thomas lalu. Sebenarnya saya cukup hapal dengan pola mainnya. Tapi, saya kurang di finishing terutama di poin-poin kritis saya kurang tenang, kurang sabar dan lebih terburu-buru," kata Anthony mengomentari permainannya.
Lanjut petenis 19 tahun itu, Jorgensen begitu pintar membaca situasi dan kondisi psikologis lawannya. "Misalnya saat saya panik dan grogi," imbunya.
Kondisi lapangan yang dipenuhi penonton yang meneriakkan namanya disebut Anthony sebagai semangat tambahan untuk terus semangat melakoni laganya bersama Jorgensen. Kendati di akhir, dia tetap harus menerima kekalahan, dia tetap berusaha sampai akhir.
Sebagai bahan evaluasi, pebulutangkis kelahiran Cimahi 20 Oktober 1996 itu mengaku banyak yang harus diperbaikinya. Terutama dari sisi stamina dan fisik.
"Melakoni turnamen yang berturut-turut butuh stamina yang kuat. Sebenarnya sekarang saya lebih pede dari sebelumnya, tapi saya harus tetap menambah porsi latihan fisik karena dari segi tekhnik semua hampir sama. Kalau fisik dan stamina kuat, itu akan berpengaruh ke semuanya," pungkasnya.



