Sebut saja sang legenda tunggal putra Taufik Hidayat. Pebulutangkis yang dikenal dengan kemampuan Backhand Smash nya itu, terlahir dari Kota Bandung, pada 10 Agustus 1981. Berbicara prestasi Taufik? Tentunya tak perlu diragukan lagi. Salah satu Prestasi terbesar ia yakni di ajang Olimpiade Athena 2004. Di usianya 23 tahun waktu itu, Taufik mampu membawa emas Olimpiade Athena di nomor tunggal putra.
Dan kini, calon bintang karpet hijau dari Kota Kembang sepertinya akan muncul kembali. Yakni Abiyyu Fauzan Majid dan Muhammad Shohibul Fikri yang pada Djarum Sirkuit Nasional (Djarum Sirnas) Li Ning Kalimantan Selatan Open 2016 beberapa hari lalu, tak jarang menjadi sorotan publik GOR Hasannudin karena penampilan keduanya yang memukau.
Ya, pasangan ganda taruna campuran wakil PB SGS PLN itu berhasil mencuri perhatian di turnamen Djarum Sirnas seri pertama tahun ini yang berlangsung dari 22 hingga 27 Februari lalu. Meski tak diunggulkan, dan juga baru bersaing di kelas taruna, pasangan yang baru menginjak usia 17 tahun itu, mampu menyabet gelar juara usai di final menundukan pasangan dari PB Mutiara Cardinal Bandung, Kautsar Al Fajri/Ramadana 23-21 21-16 pada Sabtu, (27/2) petang.

Perjalanan keduanya hingga mampu menjuarai turnamen berhadiah total Rp. 260 juta itu patut diacungi jempol. Di babak pertama, Fauzan/Fikri tampil mengejutkan usai menundukan unggulan kedua M. Rizki Adam/Raynald Tangguh Hartanto (CWIBC) dengan 18-21 22-20 dan 21-17.
pada babak kedua, meski melawan pasangan non unggulan yakni Yeremia Erich Yotche Yacob Rambitan/Yhayang Dirgayusa (SKO Ragunan), namun Fauzan/Fikri harus melewatinya juga dengan kemenangan tiga game pertandingan 21-16 18-21 dan 21-17.
Partai panas terjadi di laga perempat final pada saat keduanya menghadapi unggulan delapan, pasangan Adnan Maulana/Reza Dwicahya Purnama (Jaya Raya Jakarta). Kedua pasangan itu terlibat adu setting di game ketiga, dan beberapa kali terlibat kontroversi pada saat adu setting di game ketiga itu. Salah satunya pada saat kedudukan 27-26, ketika Fauzan/Fikri tinggal mendapatkan satu poin lagi untuk memastikan kemenangan. Setelah reli panjang di poin tersebut, bola tanggung Reza mampu di smash keras dengan sempurna oleh Fauzan dan seharusnya poin pun bertambah bagi keduanya menjadi unggul 28-26.
Namun, selebrasi kemenangan Fauzan/Fikri nampaknya harus diulang kembali saat wasit yang memimpin jalannya pertandingan yang melihat ada bola dari lapangan sebelah masuk area lapangan Fauzan/Fikri sebelum Fauzan melakukan smash keras itu. Protes keras pun sempat di lakukan. Namun begitu, keputusan wasit tak bisa di ganggu gugat. Pertandingan pun kembali diulang pada saat kedudukan 27-26.
Meski begitu, keberuntungan pun tetap menghampiri kedua pemain binaan SGS PLN di pertandingan itu, saat mampu mengakhirinya dengan 28-26.
Di semifinal, Fauzan/Fikri tak menghadapi kesulitan yang berarti. Keduanya mampu menang mudah atas pasangan Fenta Age Prasetya/Johanes Aldi Djunaedi (Exist Jakarta) dengan 21-15 dan 21-15. Dan dalam waktu 44 menit saja, Fauzan/Fikri memastikan gelar juara usai menang atas pasangan PB Mutiara Cardinal Bandung, Kautsar Al Fajri/Ramadana di final,
"Ini turnamen pertama kali kami di kelas taruna. Gak nyangka dan syukur alhamdulillah bisa langsung jadi juara. Semoga kami bisa mempertahankan gelar pertama ini," kata Fauzan yang mengaku sangat mengidolakan pemain ganda putra nasional Hendra Setiawan.
"Kunci kemenangan kami di turnamen ini, kami hanya bermain enjoy saja dan menikmati pertandingan saja. Padahal target besar hanya sampai semi final, namun alhamdulillah hasilnya bisa melebihi target. Tentunya gak bakal puas sampai di sini saja. Semoga, di turnamen berikutnya bisa juara terus," kata Fikri yang juga mempunyai atlet idola, yakni pemain ganda putra Korea Selatan, Lee Young Dae.



