"Alhamdulillah bisa menyumbang poin pertama untuk Indonesia," kata Putri melalui keterangan pers Humas dan Media PP PBSI
Putri menjelaskan, Letshanaa merupakan lawan yang lebih familiar baginya dibandingkan tunggal pertama Myanmar di perempat final, Thet Htar Thuzar, yang dinilainya kerap melepaskan pukulan-pukulan tak terduga dan menyulitkan permainan. "Jadi kayak lebih bisa mengatasi bola-bola yang menjadi kebagusan dan kelemahan dia," tuturnya.
Ia juga menilai, setiap partai dalam permainan beregu, baik dari partai pembuka hingga partai terakhir, memiliki peran krusial dalam pencapaian tim. Partai pertama, menurutnya, kerap menjadi penentu ritme karena jika tim tertinggal lebih dulu, dengan harapan pemain di partai berikutnya bisa merasakan tekanan dan ketegangan tambahan. "Jadi kalau ketika kita partai pembuka menang, tim lebih semangat untuk bisa menang lagi," kata atlet yang juga berprofesi sebagai polisi ini.
Namun, Malaysia dapat menyamakan kedudukan di partai berikutnya yang mempertandingkan sektor ganda antara Rachel Allessya Rose/Febi Setianingrum dan Pearly Tan/Thinaah Muralitharan. Pertarungan ketat selama 59 menit itu akhirnya dimenangkan oleh pasangan negeri jiran dengan skor 21-14, 17-21, 21-16. "Puji Tuhan, bisa menyelesaikan pertandingan walau hasilnya belum sesuai harapan," kata Rachel.
"Kami di awal-awal, di start-nya masih cari ritme yang pas, masih mencoba-coba. Sebenarnya sudah cukup tahan juga, cuma masih belum rapi. Akhirnya di gim kedua kami coba buat lebih tenang, lebih nggak buru-buru akhirnya bisa menang gim kedua. Hanya di gim ketiga, tenaga kami menurun," jelasnya.
Sementara itu, Febi mengakui, setelah melewati sejumlah reli panjang pada laga tersebut, fokusnya sempat menurun, sementara tenaga pada tangan dan kaki ikut berkurang. "Dari sana kami jadi kesulitan mengimbangi," pungkasnya.


