"Untuk keseluruhan main tadi, sebenarnya di luar lapangan itu normal saja, tapi pas masuk ke lapangan hampir sama rasanya kayak waktu lawan Thet Thar Thuzar (Myanmar) pertama di beregu. Ada sedikit ketegangan," ungkap Putri kepada tim Humas dan Media PP PBSI.
Ia menilai, laga melawan Letshanaa berlangsung ketat. Setelah bertemu di nomor beregu, ia melihat lawannya tampil lebih aman dan minim kesalahan. Letshanaa juga dinilainya mampu membatasi permainan bola atas. "Dia lebih percaya diri untuk menarik saya ke belakang lalu sambungan untuk mematikannya, tadi cukup kesulitan di situ," tuturnya.
"Gim pertama dan kedua saya sempat tertinggal di interval tapi setelah itu saya berusaha untuk jarak poinnya tidak melebar. Lapangan agak berangin ke satu sisi samping jadi saya fokus untuk main di tengah dan lebih mengontrol serangan," Putri, menjelaskan.
Pemain peringkat ke-7 dunia itu mengakui, jatah bye di babak awal, yang memberinya jeda satu hari sebelum tampil di perempat final, menjadi keuntungan tersendiri. Waktu istirahat tersebut ia gunakan untuk memulihkan kondisi fisik, menenangkan pikiran, serta melakukan penyesuaian strategi bersama pelatih. Dengan tubuh yang lebih segar dan fokus yang kembali terbangun, ia merasa bisa tampil lebih stabil. "Kemarin setelah final beregu terasa ada penurunan kondisi jadi kemarin selain tetap latihan, saya juga gunakan untuk recovery dan refreshing sedikit," katanya.
Di semifinal, Sabtu (13/12), Putri berhadapan dengan wakil tuan rumah yang juga unggulan ketiga, Supanida Katethong.


