"Alhamdulilah bisa kembali di final lagi tanpa cedera. Tadi mainnya gim pertama sudah bagus, tetapi gim kedua saya belum dapat feeling mainnya karena dari 'menang angin' ke posisi 'kalah angin'," kata Marwan kepada tim Humas dan Media PP PBSI.
Marwan juga menyatakan, ia dan Aisyah sempat kesulitan beradaptasi karena masih menerapkan pola permainan yang sama sejak awal pertandingan. Ia mengakui, strategi mereka seharusnya diubah, sebab adu bola cepat secara terus-menerus justru membuat permainan kurang efektif dan perlu dibatasi dengan variasi tempo yang lebih baik. "Di gim ketiga saya berusaha lebih tenang dan lebih kontrol diril sendiri lagi," tuturnya.
Sementara, Aisyah mengaku sempat mengalami kesulitan di awal gim ketiga karena beberapa kali melakukan kesalahan sendiri, meskipun sudah mampu membaca arah bola dengan tepat. Ia menambahkan, laju kok yang melambat membuat ritme permainan sedikit terganggu, hingga akhirnya mereka tertinggal 2–6 di awal gim penentuan tersebut. "Setelah itu saya berusaha lebih tenang dan fokus untuk mengembalikan bola," katanya.
Marwan juga menilai Liao/Tang memiliki keunggulan dalam kecepatan permainan, terutama pada pemain putra yang agresif menurunkan bola setengah dan mengatur tempo cepat. Sementara pemain putrinya juga sigap di depan net, sehingga ia menekankan pentingnya untuk tidak kalah dalam hal kecepatan dan respons di lapangan.
Di partai puncak, Minggu (26/10), Marwan/Faza berhadapan dengan pasangan Malaysia, Jimmy Wong/Lai Pei Jing. Menghadapi laga tersebut, Marwan berujar, "Saya mau mengontrol diri saya lebih baik lagi supaya permainan saya lebih baik lagi dan tidak monoton dan juga bisa cepat membaca perubahan perubahan pola permainan lawan."


