“Untuk ganda putri sendiri, piala uber 2018 bukan prioritas, untuk tahun ini yang utama adalah Asian Games dan turnamen-turnamen perorangan,” ujarnya seperti di kutip dari Antara.
Meski Eng menilai jika peluang tim putri Indonesia kecil kemungkinannya untuk bisa juara di Uber Cup kali ini, namun Eng menegaskan tidak meragukan kemampuan skuad putri yang bakal turun di Uber Cup tahun ini.
“Kita lihat kekuatan tim uber kita, kalau jadi juara sangat kecil kemungkinannya, bukan saya underestimate kekuatan kita. Seperti di kejuaraan Beregu Asia, kalau boleh dibilang seharusnya kita berhasil, tapi ya maksimal kita segitu kita masih di bawah tim elit Asia seperti Jepang, China, Korea selatan, bahkan India sekalipun,” ungkapnya.
Maka dari itu, Eng menilai jika menurunkan pemain muda di Uber Cup 2018 ada sisi positifnya. Mereka jadi mendapatkan pengalaman bertanding dengan suasana baru, sementara pemain senior terus di gojlok untuk mempersiapkan turnamen perorangan.
“Kalau memungkinkan saya beri pengalaman turnamen ke pemain yang lebih muda, saya akan lakukan, tapi kembali lagi tergantung pada PBSI. Karena tahu sendiri, di Indonesia kalau tidak juara artinya gagal, ekspektasinya terlalu tinggi, padahal kita harus melihat kapasitas pasukan kita karena untuk mendapatkan gelar juara tahun ini belum lah, lebih baik siapkan untuk generasi berikutnya,” tutur Eng.
Sementara itu untuk pemain utama seperti Apriyani Rahayu/Greysia Polii, dengan kapasitas dimilikinya sat ini, menurut Eng mereka bisa berbicara banyak tahun ini, dan target utamanya adalah All England, Indonesia Open, dan Kejuaraan Dunia. Sedangkan untuk yang lainnya dikatakan Eng mempunyai target yang berbeda-beda.
“Sementara pasangan yang lainnya, tetap diarahkan berprestasi ke arah sana. Namun saat ini. Saya masih mencari bentuk pasangan yang memiliki kualitas lebih dari sekarang agar gap kapasitasnya mengecil baik dengan Greysia/Apriyani, maupun dengan target yang saya canangkan, untuk menjadi pemain juara,” jelas Eng.