Lee Zii Jia Dianggap Mengalami Perkembangan Pesat

Lee Zii Jia (Malaysia) mengembalikan shuttlecock.
Lee Zii Jia (Malaysia) mengembalikan shuttlecock.
Internasional ‐ Created by Bimo Tegar

Jakarta | Penampilan apik tunggal putra Malaysia, Lee Zii Jia ketika berhasil menembus babak semifinal All England 2020 BWF World Tour Super 1000, Maret lalu, dianggap telah mengalami perkembangan pesat dalam kurun waktu yang cukup singkat. Selama berlaga di Arena Birmingham, Inggris, Lee mampu mencuri kemenangan atas wakil Indonesia, Jonatan Christie dan Chen Long (Tiongkok), sebelum akhirnya tumbang di tangan Viktor Axelsen (Denmark) pada babak empat besar.

Meski begitu, Lee disebut-sebut sudah memiliki kriteria sebagai salah satu tunggal putra terbaik di dunia. Pebulutangkis 22 tahun itu dinilai memiliki kemampuan untuk menyerap tekanan, sabar, minim kesalahan dan punya pertahanan yang hebat.

“Ini merupakan tahun yang cukup fantastis baginya dalam hal tingkat perbaikannya. Dia mampu belajar dengan cepat, tapi dia memiliki sepatu yang besar untuk diisi dengan harapan untuk bisa tampil secara konsisten, karena pendahulunya adalah Lee Chong Wei,” kata Direktur Kepelatihan Asosiasi Bulutangkis Malaysia (BAM), Wong Choong Hann dalam wawancara dengan Olympic Channel dikutip dari bwfbadminton.com.

“Tentu saja, masih banyak yang harus dia pelajari dan kita harus menumbuhkannya dalam hal pemahaman tentang permainan dan mentalitas untuk menjadi pemain yang matang. Dia adalah seseorang yang berani keluar dari zona nyamannya. Saya pikir itu satu kualitas yang sangat bagus,” sambungnya menambahkan.

Pada Januari 2019 lalu, Lee masih berada di peringkat 42 dunia, kemudian ia berhasil menerobos hingga ke jajaran 15 besar. Baru sepekan setelah All England 2020 BWF World Tour Super 1000, Lee kemudian menempati ranking sepuluh dunia.

“Saya mulai berlatih di bawah pelatih Hendrawan sejak Agustus lalu. Dia belum menyentuh bidang-bidang seperti keterampilan dan permainan. Sebaliknya, ia telah berbagi banyak pengalamannya sebagai pemain. Pengalamannya sebagai mantan juara dunia sangat berharga, bukan sesuatu yang dimiliki banyak orang,” ungkap Lee Zii Jia dilansir situs resmi BWF.

“Dia tidak punya banyak waktu untuk melatih keterampilan saya, karena tahun lalu saya sibuk bermain banyak kompetisi. Saya pikir, saya sudah bermain lebih dari 20 turnamen tahun lalu. Dia ingin saya menjadi pemain yang lebih lengkap. Sejauh ini saya telah dilihat sebagai pemain satu dimensi dengan hanya permainan menyerang. Dia mengatakan kepada saya bahwa saya harus kompeten dalam serangan dan pertahanan, untuk menjadi pemain papan atas,” jelasnya.

Lebih lanjut Lee mengatakan, dengan sisa waktu setahun lebih sebelum Olimpiade Tokyo 2020, ia akan memanfaatkan kesempatan yang ada untuk terus mengasah keterampilannya. Bahkan Lee telah menerima nasihat dari pendahulunya, Lee Chong Wei.

“Saya pergi mencari dia setelah dia pensiun dan dia memberi saya banyak nasihat, salah satunya adalah untuk selalu mengandalkan diri saya sendiri. Pelatih dan orang-orang di sekitar saya hanya bisa membantu saya 10 hingga 20 persen. Saya harus mengandalkan diri saya sendiri untuk sisa 80 persen. Kami adalah pemain tunggal, jadi kami sendirian di lapangan. Jika Anda tidak bisa mengatasi stres, ketakutan, dan kecemasan, maka Anda pasti akan kalah. Satu-satunya solusi adalah mengatasi masalah ini sendiri,” tutupnya.