Herry IP: Pencapaian Hendra/Ahsan Sudah Maksimal

Ganda putra Indonesia, Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan menghadang serangan.
Ganda putra Indonesia, Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan menghadang serangan.
Internasional ‐ Created by Bimo Tegar

Jakarta | Indonesia hanya berhasil meloloskan satu wakilnya ke partai puncak BWF World Tour Finals 2020 Bangkok melalui ganda putra Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan. Tapi sayangnya, pasangan nomor dua dunia itu belum berhasil mempertahankan gelar juara dan harus mengakui keunggulan wakil Taiwan, Lee Yang/Wang Chi Lin lewat kekalahan 17-21 dan 21-23.

Meski begitu, Ahsan mengaku tetap bersyukur atas pencapaiannya di turnamen ini. “Alhamdulillah tetap bersyukur dengan hasil final ini. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin dan lawan bermain sangat baik dan percaya diri. Mereka bermain lebih bagus,” kata Mohammad Ahsan dalam siaran pers PP PBSI yang diterima Djarumbadminton.com.

Sementara itu, Kepala Pelatih Ganda Putra Indonesia, Herry Iman Pierngadi menuturkan bahwa pencapaian Hendra/Ahsan sudah maksimal. Mengingat, usia mereka yang sudah tidak lagi muda, namun tetap bisa bersaing di level atas.

“Kalau melihat permainan final sih memang Hendra/Ahsan kalah tenaga, tenaga tangannya. Pertama karena lapangannya juga kalah angin. Harus diakui pemain Taiwan ini selama tiga minggu penampilannya konsisten banget. Penampilan mereka di Thailand Open ini bagus banget. Baik dari fisik, tenaga, konsentrasi dan fokusnya luar biasa menurut saya,” ungkap Herry.

“Memang buat Hendra/Ahsan, pencapaian di usia mereka ini sudah bisa sampai final, menurut saya sudah cukup baik di usia mereka di atas 30 tahun ini. Meski belum sempurna untuk menjadi juara,” lanjutnya menambahkan.

Lebih lanjut Herry menjelaskan, secara teknis, strategi permainan Hendra/Ahsan sulit untuk diterapkan. Sejak awal, kualitas permainan lawan memang lebih unggul.

“Kalau strategi sih sebenarnya tidak terlalu berpengaruh. Memang game pertama itu kami tertekan terus, tidak bisa keluar. Memang kualitas drive-nya pemain Taiwan itu sangat keras, sangat cepat. Jadi kami mau antisipasi atau mengubah cara main juga tidak bisa, karena mereka menyerang dan menekan terus menerus. Kami mau tahan atau rem juga mereka langsung menutup lagi. Ya itu tadi, tenaga tangannya kita kalah,” jelasnya.

“Bolanya kalah cepat karena keras. Kalau kemarin lawan Korea Selatan kan hampir sama sebenarnya mainnya, meski tenaganya (Korea Selatan) kemarin agak turun sedikit. Kalau ini kan (Chinese Taipei) tenaganya masih konsisten. Tidak bisa diakalin sama sekali. Jadi memang yang utamanya adalah kalah di kecepatan dan tenaganya,” tandas pelatih berjuluk Coach Naga Api itu.