(All England) Evaluasi Herry IP Untuk Ganda Putra

Herry Iman Pierngadi (knana) saat memberikan arahan kepada Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto.
Herry Iman Pierngadi (knana) saat memberikan arahan kepada Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto. (Foto: PBSI)
Internasional ‐ Created by Bimo Tegar

Jakarta | Sejak 2017, ganda putra Indonesia selalu mempersembahkan gelar juara setiap kali berlaga di ajang All England. Namun sektor yang menjadi andalan Indonesia ini harus absen menduduki podium tertinggi pada kejuaraan All England 2020 BWF World Tour Super 1000, pekan kemarin. Pencapaian terbaik tahun ini diraih pasangan nomor satu dunia, Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon yang finis di posisi runner up. Sementara juara bertahan, Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan harus terhenti di babak perempat final.

Selain Kevin/Marcus dan Hendra/Ahsan, wakil lainnya yaitu Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto kalah di babak 16 besar. Sedangkan Ade Yusuf Santoso/Wahyu Nayaka Arya Pankaryanira pulang lebih awal setelah tumbang di babak pertama.

Sebagaimana rilis yang diterbitkan Badmintonindonesia.org, Selasa (17/3), Kepala Pelatih Ganda Putra PBSI, Herry Iman Pierngadi pun lantas menjabarkan evaluasi terhadap anak didiknya tersebut.

“Untuk Kevin/Marcus, saya rasa mereka sudah habis-habisan, sudah maksimal kemarin. Cuma ada unsur hokinya juga, kemudian pada poin-poin akhirnya agak kurang sabar, kurang tenang sedikit. Khususnya Kevin yang terlalu buru-buru di depan. Tapi menurut saya, selama enam penampilan lawan Jepang (Hiroyuki Endo/Yuta Watanabe) ini, meski kalah terus, tapi saat final kemarin menurut saya ini yang paling maksimal. Paling mendekati dan memungkinkan untuk memenangkan pertandingan, jelas Herry.

Selain The Minions, Hendra/Ahsan juga menjadi korban keganasan Hiroyuki Endo/Yuta Watanabe di babak perempat final. Kalau Hendra/Ahsan mungkin kasusnya agak berbeda menurut saya. Karena dari babak pertama mereka ketemunya Jepang terus, ketat terus dan juga rubber. Memang kalau ketemu Endo/Watanabe kondisi fisik kita harus benar-benar fresh. Karena seperti yang saya bilang, kalau mau ambil poin dari mereka harus membunuh. Membunuh artinya apa? Ya kita harus menyerang. Nggak bisa kita dapat poin secara gratis, menunggu kesalahan mereka. Jadi benar-benar harus membunuh, makanya tenaga dan fisik harus fresh dan nggak boleh kendor, bebernya.

Lebih lanjut Herry juga mengomentari penurunan hasil dari pasangan Fajar/Rian di ajang All England 2020 BWF World Tour Super 1000 ini yang kandas di babak dua. Tahun sebelumnya, di kejuaraan yang sama, Fajar/Rian mampu melaju hingga babak semifinal.

“Kalau dari hasil tahun lalu memang berbeda. Tahun lalu mereka di semifinal, tahun ini mereka di babak dua. Terlepas dari itu memang pemain Inggris (Marcus Ellis/Chris Langridge) ini cukup baik. Mereka main di kendang sendiri, pertahanannya juga baik, nggak gampang ditembus,” katanya.

“Sedangkan kemarin sayang Fajar/Rian tampil di bawah performa terbaiknya. Saat itu, kaki Rian memang sedang bermasalah, jadi kecepatannya sedikit menurun. Ditambah juga kemarin menurut saya, Fajar banyak melakukan kesalahan yang tidak perlu. Secara keseluruhan penampilan mereka bisa dibilang agak turun di All England tahun ini, lanjutnya menjelaskan.

Terakhir, pelatih berjuluk ‘Coach Naga Api’ ini juga mengevaluasi penampilan Ade/Wahyu yang sempat tampil meyakinkan dengan merebut satu game dari ganda putra nomor tiga dunia asal Tiongkok, Li Jun Hui/Liu Yu Chen sebelum akhirnya tersingkir di babak pertama All England 2020 BWF World Tour Super 1000.

“Menurut saya dari segi teknik permainan mereka nggak kalah. Cuma dari mentalnya mereka naik turun. Kadang bisa bagus, kadang bisa drop. Ini yang menjadi PR dan evaluasi buat mereka sendiri. Kesempatan saya rasa cukup banyak dan cukup baik. Saya dan PBSI sudah memberikan kesempatan kepada mereka untuk ikut pertandingan dimana-mana. Cuma hasilnya masih kurang memuaskan. Ini memang terkait faktor individu mereka masing-masing. Kehidupan sehari-hari mereka seperti apa, mereka harus evaluasi diri mereka sendiri, tutupnya.